Fenomena hujan mikroplastik kini terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Ketahui apa itu hujan mikroplastik, bagaimana bisa terjadi, dan dampaknya bagi manusia serta lingkungan.
Ya, bukan hanya air yang jatuh dari langit — tapi juga partikel plastik berukuran sangat kecil. Fenomena ini dikenal dengan istilah “hujan mikroplastik” (microplastic rain).
Lalu, bagaimana bisa plastik yang kita gunakan sehari-hari berakhir di atmosfer, dan apa dampaknya bagi bumi serta tubuh manusia? Yuk, kita bahas secara lengkap.
Mikroplastik adalah potongan plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter, sering kali berasal dari:
Pecahan plastik besar seperti botol, kantong, dan kemasan,
Ban kendaraan yang aus,
Produk kecantikan dan sabun dengan microbeads.
Ketika partikel kecil ini terbawa angin dan uap air, mereka dapat melayang di atmosfer dan akhirnya turun ke bumi bersama hujan — inilah yang disebut hujan mikroplastik.
Studi dari Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan bahkan di wilayah terpencil seperti pegunungan Alpen dan kutub utara.
Ada beberapa jalur utama mikroplastik bisa sampai ke langit:
Terbawa Angin: Partikel mikroplastik di jalan, lautan, atau tanah bisa terangkat oleh angin ke udara.
Evaporasi dari Laut: Air laut yang mengandung plastik dapat menguap bersama partikel mikroplastik.
Gesekan Kendaraan dan Ban: Aktivitas transportasi menghasilkan debu plastik mikroskopis yang beterbangan.
Aktivitas Industri dan Rumah Tangga: Pengering pakaian, pembakaran sampah plastik, dan industri tekstil juga menyumbang partikel plastik di udara.
Begitu berada di atmosfer, partikel ini bercampur dengan uap air dan ikut turun bersama hujan, salju, atau kabut.
Hujan mikroplastik menimbulkan ancaman serius bagi ekosistem. Berikut dampak lingkungannya:
Mikroplastik yang jatuh bersama hujan akan terserap ke tanah dan sumber air.
Akibatnya, air tanah dan sungai dapat terkontaminasi, memengaruhi organisme air seperti plankton, ikan, dan hewan air lainnya.
Ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh hewan air, partikel ini akan terakumulasi di rantai makanan hingga akhirnya bisa dikonsumsi manusia.
Fenomena ini sudah ditemukan pada ikan laut, garam, dan air kemasan.
Partikel mikroplastik dapat menghambat penyerapan nutrisi pada akar tanaman, mengganggu pertumbuhan dan produktivitas pertanian.
Beberapa jenis plastik memantulkan cahaya dan menyerap panas, berpotensi memengaruhi proses termal atmosfer dalam skala besar.
Ini bagian yang paling mengkhawatirkan — mikroplastik kini sudah terdeteksi dalam paru-paru, darah, bahkan plasenta manusia.
Berikut dampak potensialnya:
Mikroplastik yang dihirup bisa menumpuk di paru-paru, menyebabkan:
Iritasi jaringan paru
Batuk kronis
Risiko peradangan dan stres oksidatif
Partikel kecil (nanoplastik) mampu menembus dinding pembuluh darah dan ikut beredar dalam aliran darah, yang berpotensi memicu peradangan sistemik.
Beberapa jenis plastik mengandung bahan kimia seperti BPA (Bisphenol-A) dan phthalates yang bersifat endocrine disruptors, yaitu senyawa yang dapat mengganggu keseimbangan hormon dan fungsi reproduksi.
Penelitian masih berlangsung, namun para ahli khawatir paparan mikroplastik jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan sel, stres oksidatif, dan peningkatan risiko kanker.
Ya. Beberapa penelitian dari LIPI dan BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan:
Di udara perkotaan Jakarta dan Bandung,
Bahkan di laut Indonesia bagian timur.
Artinya, masalah ini sudah nyata di Indonesia, bukan sekadar fenomena luar negeri.
Meskipun mikroplastik tampak sulit dikendalikan, setiap orang bisa berkontribusi menguranginya:
Kurangi penggunaan plastik sekali pakai
Gunakan tas kain, botol minum, dan wadah makan non-plastik
Pisahkan sampah plastik dan daur ulang bila memungkinkan
Gunakan filter serat pada mesin cuci untuk mencegah mikroplastik dari pakaian masuk ke air limbah
Dukung kebijakan lingkungan yang membatasi penggunaan plastik
Hujan mikroplastik adalah alarm serius bagi kesehatan planet dan manusia.
Partikel kecil yang tampak sepele ini bisa masuk ke udara, air, tanah, bahkan ke tubuh kita tanpa disadari.
Jika tidak dikendalikan, dampaknya akan semakin besar terhadap lingkungan, pangan, dan sistem biologis manusia.
Kini saatnya kita beralih menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dan bebas plastik, demi masa depan yang lebih bersih dan sehat.